Pergunakan standar deviasi untuk membandingkan volatilitas ekuitas

Para investor dapat menggunakan data standar deviasi untuk mengukur volatilitas pasar ekuitas. Standar deviasi adalah sebuah pengukuran terhadap profil risiko suatu aset. Semakin rendah angkanya maka akan dianggap lebih baik, karena hal tersebut mengindikasikan bahwa aset tersebut menunjukkan lebih sedikit volatilitas dengan pergerakan yang lebih stabil, yang berarti memiliki risiko investasi yang lebih rendah. Serta begitu pula sebaliknya.

Return dan standar deviasi – menilai lima sampel indeks ekuitas

Indikator volatilitas: standar deviasi tahunan

Kami telah membandingkan data volatilitas dan return dari lima sampel indeks ekuitas dalam rentang waktu 5, 10, dan 15 tahun2. Temuan kami adalah sebagai berikut:

Data di atas memperlihatkan bahwa bahkan di antara indeks saham terdapat perbedaan standar deviasi dan return yang signifikan. Karenanya, diversifikasi tetaplah krusial dalam pengelolaan volatilitas. Saat ini, para pekerja di Hong Kong mengalokasikan hampir 60% investasinya pada aset lokal3, dengan ekuitas Hong Kong mencakup 58% dari keseluruhan porsi tersebut. Meskipun pendekatan ini sesuai dengan prinsip investasi “jangan membeli kucing di dalam karung”, konsentrasi yang berlebihan kepada aset yang volatil dapat berujung pada fluktuasi nilai portofolio yang substansial, terutama di tengah terjadinya volatilitas pasar.

Penyebab Terjadinya Volatilitas

Volatilitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti berita ekonomi atau politik yang tidak terduga, perubahan suku bunga, tingkat inflasi, atau kondisi pasar global yang tidak stabil. Dalam investasi atau trading , volatilitas dapat memberikan peluang keuntungan yang besar, namun juga meningkatkan risiko kerugian yang signifikan.

1. Sebagai alat analisis2. Sebagai pengukur risiko3. Sebagai sinyal trading4. Sebagai alat manajemen risiko

Salah satu rumus yang paling umum digunakan untuk mengukur volatilitas adalah deviasi standar. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Volatilitas = √(Σ(xi- x̄)^2 / (n-1))

Di mana:xi = Harga di waktu ix̄ = Rata-rata harga selama periode waktu yang ditentukann = Jumlah harga dalam periode waktu yang ditentukan

Contoh volatilitas dalam pasar obligasi

Meskipun cenderung lebih stabil daripada saham, pasar obligasi tetap dipengaruhi oleh volatilitas.

Perubahan suku bunga atau perubahan persepsi risiko kredit dapat memicu fluktuasi dan deviasi standar harga obligasi.

Apa saja contoh volatilitas dalam pasar obligasi?

Pertama, kenaikan suku bunga. Ketika suku bunga naik, harga obligasi cenderung turun.

Ini karena imbal hasil yang lebih tinggi pada instrumen keuangan lain, seperti deposito berjangka atau saham, menjadi lebih menarik bagi investor. Akibatnya, harga obligasi mengalami fluktuasi.

Contoh volatilitas kedua adalah penurunan suku bunga. Sebaliknya, ketika suku bunga turun, harga obligasi cenderung naik.

Investor mencari instrumen yang memberikan imbal hasil lebih baik daripada suku bunga yang rendah. Kondisi ini juga menciptakan volatilitas dalam harga obligasi.

Contoh selanjutnya adalah perubahan persepsi risiko kredit. Jika persepsi risiko terhadap penerbit obligasi berubah, misalnya karena perubahan kondisi ekonomi atau peringkat kredit, harga obligasi dapat berfluktuasi.

Obligasi dari penerbit dengan risiko kredit yang lebih tinggi akan mengalami volatilitas lebih besar.

Tips Menghadapi Volatilitas

Dalam menghadapi volatilitas, investor perlu memahami bahwa volatilitas adalah bagian dari investasi. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk memiliki strategi investasi yang jelas dan selalu melakukan diversifikasi aset. Selain itu, investor juga perlu selalu mengikuti perkembangan pasar dan memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi volatilitas.

Volatilitas adalah ukuran statistik penyebaran pengembalian untuk sekuritas atau indeks pasar tertentu. Dalam kebanyakan kasus, semakin tinggi volatilitas, semakin berisiko keamanannya. Volatilitas sering diukur sebagai deviasi standar atau varians antara pengembalian dari sekuritas atau indeks pasar yang sama.

Di pasar sekuritas, volatilitas sering dikaitkan dengan perubahan besar di kedua arah. Misalnya, ketika pasar saham naik dan turun lebih dari satu persen selama periode waktu yang berkelanjutan, itu disebut pasar yang “tidak stabil”. Ketidakstabilan aset adalah faktor kunci saat kontrak opsi harga.

Mengapa Volatilitas Penting?

Volatilitas adalah faktor penting yang memerlukan perhatian dalam investasi karena beberapa alasan. Pertama, tingkat volatilitas adalah salah satu indikator yang menunjukkan tingkat risiko dari sebuah instrumen investasi. Volatilitas tinggi menandakan kemungkinan fluktuasi harga yang besar dalam jangka waktu singkat, sehingga investor harus dapat bersiap dengan risiko ini.

Kedua, volatilitas memengaruhi strategi investasi karena toleransi risiko yang berbeda cenderung memiliki pendekatan yang berbeda terhadap aset dengan tingkat volatilitas yang berbeda pula. Mereka yang agresif mungkin lebih tertarik pada aset dengan volatilitas tinggi karena potensi keuntungan yang lebih besar, sementara investor konservatif mungkin lebih memilih aset dengan volatilitas rendah untuk mengurangi risiko.

Terakhir, volatilitas juga membawa peluang bagi investor yang mampu menganalisis dan memanfaatkannya dengan bijak. Sebagai contoh, mereka dapat membeli aset ketika harga turun karena volatilitas tinggi dan menjualnya ketika harga naik, menciptakan potensi keuntungan yang signifikan. Oleh karena itu, memahami dan mengelola volatilitas adalah langkah penting dalam merencanakan strategi investasi yang sukses.

Mandatory Provident Fund (MPF) menawarkan beragam tools investasi, dan para pekerja dengan tujuan yang ambisius atau generasi muda yang usianya masih jauh dari masa pensiun cenderung lebih memilih reksa dana saham dengan potensi return maupun volatilitas yang lebih tinggi1. Para investor jangka panjang dipandu untuk menghindari impuls spekulatif jangka pendek. Mengingat bahwa pasar ekuitas global telah mengalami gelombang demi gelombang volatilitas sejak 2008, akan menjadi penting untuk mempertimbangkan pengadopsian pendekatan “aktif tapi defensif” yang terfokus pada penguatan pengendalian risiko di dalam portofolio, sambil tetap mengejar potensi apresiasi modal. Ini juga aplikatif bagi para investor yang mengelola strategi alokasi aset dengan horizon investasi jangka panjang (hingga 40 tahun) yang terpusat di sekitar reksa dana saham.

Sampai sejauh ini di tahun 2023 ini, faktor-faktor seperti tingginya inflasi global, terutama di pasar negara maju, serta masih terus dinaikkannya suku bunga oleh bank-bank sentral, telah mendorong pada terjadinya volatilitas pasar. Ditambah lagi dengan adanya kekhawatiran investor terhadap potensi terjadinya resesi global yang dapat berimbas kepada laba korporasi serta kembali memicu gelombang turbulensi di pasar ekuitas.

Para investor yang ingin mengelola risiko portofolio dapat mempertimbangkan untuk membangun portofolio investasi dengan profil volatilitas yang lebih rendah yang bertujuan untuk mencapai kinerja yang relatif stabil. Hal ini akan mengurangi tekanan psikologis serta dapat membatasi kemungkinan dilakukannya irrational trade. Meski begitu, perlu dicatat bahwa turbulensi finansial adalah sebuah konsep yang relatif, dan daripada menghindari reksa dana saham sepenuhnya, para investor dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi pada reksa dana saham dengan profil volatilitas yang lebih rendah.

Bagaimana cara memilih investasi yang tahan volatilitas?

Volatilitas pasar sering kali menimbulkan ketidakpastian bagi investor, tetapi dengan menerapkan strategi yang cerdas, kamu bisa mengelola fluktuasi harga dengan lebih baik dan mencapai tujuan investasi secara optimal.

Ukuran Volatilitas Lainnya

Salah satu ukuran volatilitas relatif dari saham tertentu ke pasar adalah beta (β). Beta mendekati volatilitas keseluruhan dari pengembalian keamanan terhadap pengembalian patokan yang relevan (biasanya S&P 500 digunakan).

Misalnya, saham dengan nilai beta 1,1 secara historis berpindah 110% untuk setiap 100% pergerakan dalam benchmark, berdasarkan tingkat harga. Sebaliknya, saham dengan beta 0,9 secara historis bergerak 90% untuk setiap 100% pergerakan dalam indeks yang mendasarinya.

Gejolak pasar juga dapat dilihat melalui VIX atau Indeks Volatilitas. VIX dibuat oleh Chicago Board Options Exchange sebagai ukuran untuk mengukur volatilitas yang diharapkan selama 30 hari dari pasar saham AS yang berasal dari harga kuotasi waktu nyata dari opsi beli dan jual S&P 500.

Ini secara efektif merupakan ukuran taruhan masa depan yang dibuat oleh investor dan trader terhadap arah pasar atau sekuritas individu. Pembacaan tinggi pada VIX menyiratkan pasar yang berisiko.

Variabel dalam formula harga opsi yang menunjukkan sejauh mana pengembalian aset yang mendasarinya akan berfluktuasi antara sekarang dan kedaluwarsa.

Volatilitas, yang dinyatakan sebagai koefisien persentase dalam rumus penetapan harga opsi, muncul dari aktivitas perdagangan harian. Bagaimana volatilitas diukur akan mempengaruhi nilai koefisien yang digunakan.

Share this post to help us grow:

Bagi yang sedang menggeluti dunia investasi dan keuangan, pengertian volatilitas adalah konsep yang penting untuk kamu pahami. Mengapa? Simak informasinya di bawah ini.

Volatilitas adalah alat untuk membantu kamu memahami seberapa jauh harga suatu aset bisa berubah dari waktu ke waktu, yang pada akhirnya memberikan pengaruh pada keuntungan dan risiko sebuah investasi.

Berbicara tentang perubahan atau naik-turun harga, volatilitas kerap dikira sama dengan fluktuasi.

Namun, volatilitas ternyata melibatkan kompleksitas dan mencakup lebih banyak aspek daripada fluktuasi. Biar tidak bingung, yuk pahami lebih dalam tentang apa itu volatilitas!

Arti volatilitas adalah seberapa besar perubahan harga suatu sekuritas atau indeks pasar dalam suatu periode waktu.

Makin besar volatilitas, makin besar risiko yang terkait dengan produk atau aset investasi tersebut.

Dalam bahasa yang lebih sederhana, volatilitas adalah cerminan naik-turun harga yang signifikan dan cepat pada aset atau pasar keuangan, seperti saham, mata uang, dan komoditas.

Jadi, ketika berbicara tentang volatilitas, kita sebenarnya membahas seberapa bergejolaknya pergerakan harga suatu instrumen keuangan dalam waktu tertentu.

Faktor yang mempengaruhi volatilitas

Ada beberapa faktor utama penyebab terjadinya volatilitas sebagai indikator variasi harga suatu aset atau pasar.

Mulai dari faktor ekonomi, geopolitik, hingga psikologis. Beberapa faktor yang mempengaruhi volatilitas adalah sebagai berikut ini!

1. Pertumbuhan ekonomi

Pasar cenderung stabil saat ekonomi tumbuh dengan konsisten.

Namun, ketidakpastian seputar pertumbuhan ekonomi bisa meningkatkan volatilitas, seperti perubahan dalam proyeksi pertumbuhan GDP, data ketenagakerjaan, dan indikator ekonomi lainnya.

Tingkat inflasi yang tinggi bisa mengakibatkan ketidakstabilan harga dan meningkatkan volatilitas, karena investor mencari perlindungan terhadap inflasi yang dapat memengaruhi harga aset.

Kebijakan suku bunga dari bank sentral berpengaruh pada investasi dan pinjaman, sehingga perubahan suku bunga dapat memicu fluktuasi pasar dengan dampak seperti menurunnya minat investor terhadap saham dan obligasi atau sebaliknya.

4. Kebijakan moneter dan fiskal

Kebijakan pemerintah dan bank sentral, seperti perubahan suku bunga, stimulus fiskal, atau kebijakan kuantitatif, memiliki dampak signifikan terhadap pasar dan dapat mempengaruhi volatilitas.

1. Ketegangan politik

Konflik antar negara atau ketidakstabilan politik bisa mengguncang pasar dengan menciptakan ketidakpastian terkait kebijakan luar negeri, sengketa wilayah, atau perubahan pemerintahan. Hal ini dapat memicu fluktuasi harga aset.

2. Perang dan konflik

Peristiwa seperti perang atau ketidakstabilan geopolitik dapat memicu volatilitas.

Alasannya, karena investor cenderung mencari perlindungan dan mengalihkan portofolio mereka, yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan.

Gempa bumi, badai, atau pandemi berpotensi tinggi mengganggu pasar.

Hal ini dikarenakan bencana alam dapat menghambat produksi, mengganggu rantai pasokan, serta memengaruhi sentimen investor.

Krisis keuangan global atau regional, seperti yang terjadi pada tahun 2008, bisa menyebabkan fluktuasi tajam di pasar.

Ketidakstabilan sistem keuangan, kebangkrutan perusahaan besar karena kinerja perusahaan yang buruk, atau ketidakpastian faktor ekonomi dan politik dapat memicu volatilitas yang tinggi.

Sentimen investor seperti perasaan khawatir atau optimis bisa mengubah pasar dengan cepat.

Contohnya, saat muncul berita buruk mengenai suatu sektor ekonomi, investor akan cenderung menjual saham, yang pada gilirannya bisa memperkuat volatilitas pasar.

Ternyata, ketidakpastian mengenai masa depan dan instabilitas politik juga memiliki dampak signifikan pada kepercayaan pasar.

Saat pelaku pasar merasa tidak yakin mengenai arah pasar, mereka cenderung mengambil tindakan yang memperkuat volatilitas.

Perubahan dalam sentimen terhadap pemerintahan, kebijakan moneter, atau kondisi global juga mampu mempengaruhi harga aset.

3. Perilaku spekulatif

Perilaku spekulatif para trader dan investor turut memperkuat fluktuasi harga.

Saat terjadi spekulasi besar-besaran, seperti short-selling atau pembelian berlebihan, pasar bisa mengalami perubahan tajam.

Dengan demikian, perilaku spekulatif ini menciptakan volatilitas yang sulit untuk diprediksi.